Kemari (蹴鞠) – Sepak Bola Jepang Sejak Zaman Kuno

dsc_4642-11-1024x680.jpg
Pertunjukan Kemari di kuil.

Permainan ini diperkirakan berawal dari permainan kuno Cina yaitu Tsu Chu (蹴鞠) atau dengan nama lain yaitu Cuju. Memang Kemari dengan Cuju memiliki karakter kanji yang sama. Tetapi ada sedikit perbedaan ternyata, baik dari peraturan, bola, serta pakaian yang digunakan.

Kemari merupakan sebuah permainan tradisional yang telah ada sejak huruf asli Jepang muncul, yaitu pada zaman Heian. Dan permainan ini mulai zaman itu sampai sekarang tetap ada dan bahkan sampai saat ini masih dilaksanakan lengkap dengan pakaian tradisional pada zaman itu.

Bentuk permainannya yang mirip dengan beberapa permainan tradisional Indonesia serta Malaysia. Serta bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk awal dari permainan sepak bola yang kita kenal sekarang, menjadikan kemari sebagai bahan pembahasannya. Dengan latar belakang itu maka saya mencoba untuk membahas tentang kemari mulai dari sejarahnya, sampai dengan beberapa permainan tradisional dari daerah lain yang mirip dengan kemari.

Hal-hal yang saya bahas disini sebisa mungkin saya sampaikan secara rinci namun padat serta ringan agar mudah dipahami serta menjadi bahan bacaan yang menarik bagi para pembaca yang ingin ataupun tidak mengetahui tentang budaya Jepang dari sisi permainan tradisional.

Sejarah Kemari

Permainan atau olahraga kemari (sepak bola, atau disebut shukiku) telah diperkenalkan sekitar 600 M pada periode Asuka. Kendati bukti pertama dari kemari telah dimainkan di sebuah desa di kuil Hokoji di Nara pada tahun 644 M sesuai dengan apa yang tertulis di Nihon Shoki.

Pada zaman Heian (794-1192), permainan kemari merupakan olahraga wajib bagi para bangsawan. Penulis perempuan, Murasaki Shikibu mengomentari pada Genji Monogatari:

“Kemari merupakan olahraga yang angkuh, olahraga yang cukup riuh dan kasar, tetapi semua itu tergantung pada dimana itu dimainkan, dan siapa yang memainkannya.”

Permainan ini kemudian dikembangkan lebih jauh dengan peraturan yang resmi pada abad ke-13. Pada periode Kamakura (1992-1333), kemari dipopulerkan oleh dan untuk para samurai.

tosa-mitsuoki-portrait-of-murasaki-shikibu
Murasaki Shikibu

 

Perkembangan Kemari

Bola

Bola yang digunakan dalam permainan kemari berdiameter 8 inchi yang terbuat dari kulit rusa dan diisi dengan serbuk kayu.Yang kemudian diwarnai menjadi putih dengan cara dilapisi oleh putih telur, yang kemudian ditambahi dengan bubuk pemutih wajah yang dicampur dengan lem, atau dengan cara diasapi abu dari pengasapan kulit pohon pinus yang paling gelap.

kemari-ball
Bola Kemari

Peraturan

Permainan ini dimainkan dengan jumlah pemain mulai dari 2 sampai dengan 12 pemain. Mudahnya, permainan ini memiliki aturan utama yaitu tetap menjaga bola berada di udara dan jangan sampai jatuh ke tanah dengan menendang-nendangnya menggunakan punggung kaki.

Permainan ini bisa perorangan jika hanya 2 orang, bisa juga berbentuk tim dan satu tim harus saling menjaga bolanya agar tidak jatuh ke tanah. Dan untuk melakukan itu dibutuhkan kerjasama tim yang baik. Dikatakan bahwa permainan ini sangat kompetitif tetapi tetap bermartabat dan seremonial.

Hanya kaki yang diperbolehkan untuk menjaga bola tetap diudara dan perorang bebas untuk melakukannya sebanyak yang dia inginkan sebelum akhirnya di oper kepada pemain lain. Untuk tetap sinkron terhadap pemain lainnya. Ada 3 panggilan yang bisa dikatakan yaitu:

  • Ketika menerima bola, pemain berteriak “ooh” ketika bola yang ia terima masih dalam keadaan belum stabil, sehingga tim lain dapat berjaga-jaga.
  • Kemduian pada tendangan kedua pemain harus berteriak “ari!” dan menendang bola lurus keatas.
  • Dan pada tendangan ketiga atau saat ingin mengoper bola, dapat ditendang ke pemain lain dengan berteriak “ya!”.

Karenanya, pada permainan berlangsung, kamu akan mendengar suara seperti “ariyaa, ariyaa, ariyaa, ari!” sampai ia mendapatkan bolanya kembali.

Pada awal abad ke-10 pun, mereka juga tetap mencatat dari jumlah tendangan. Dan rekor pada tendangannya berjumlah 520 pada tahun 953. Para pemain dievaluasi berdasar “tiga kebajikan bola” yang terdiri dari:

  • Postur yang baik (para pemain diharuskan untuk dapat berpose tegap dan menjaga tangannya untuk terus tatap berada disisi badan).

  • Kecepatan dan keahlian.

  • Keahlian atas strategi, tradisi kuno (kojitsu) dan etika berolahraga.

Selain itu, ada tiga teknik yang dijadikan sebagai penanda apakah pemain tersebut ahli atau tidak yang dinilai berdasarkan:

  • Nobiashi merupakan kemampuan untuk meraih bola yang datang dengan ketinggian yang rendah, dari jarak yang jauh.

  • Kaeriashi merupakan seni dengan tidak bermain dengan kembali dari tengah lapangan, jadi salah satu harus dapat menangkap bola yang sulit untuk dapat turun di satu bahu, kemudian berbalik dengan cepat dan memanipulasi bola untuk jatuh kebawah menghadap arah depan pemain.

  • Mi ni sou mari merupakan aksi dimana menyerap kekuatan penuh bola dengan menggunakan tubuh atas sehingga dapat meluncur kebawah kaki untuk diatur.

Dilansir dari koran Yomiuri, pemain kemari dalam wawancaranya “sebuah jentikan bola yang ideal mengandung putaran pada bola, menciptakan suara yang jelas seperti putaran tsuzumi dan tidak terlalu tinggi ataupun rendah.” Level keahlian para pemain dapat dilihat dari seragam yang dikenakan mereka.

Seragam

Pada abad ke-9 atau zaman Heian, para pemain kemari menggunakan pakaian kariginu untuk bermain olahraga ini. Tetapi pada abad ke-13 seragam untuk permainan ini tampaknya telah berubah, pada zaman Heian, para pemain juga menggunakan topi hitam panjang yang merupakan bagian dari seragam kariginu, tetapi telah berganti dengan topi hitam yang pendek dan mirip seperti peci. Sepatu khusus juga digunakan sebagai penunjang permainan terbuat dari kulit dan ujungnya dibentuk melengkuk kearah tulang kering.

kariginu
Kariginu pada zaman Heian

Perempuan dan Hubungan Politik pada Kemari

Dalam catatan “Pengakuan Putri Nijo” (1307), pendeta shinto Sukesue mengatakan “Ayo kita pilih delapan wanita kerajaan… dan pakaikan mereka dengan pakaian pemain sepak bola (kemari).”

Sehingga, dapat dikatakan bahwa ada riwayat yang memang menuliskan fakta dimana memang kemari tidak hanya dimainkan oleh pria, melainkan pula para wanita.

Kemari merupakan olaharaga Jepang pertama yang berkembang dengan sangat pesat. Mulai dari abad 13, permainan bola kemari dilaksanakan oleh kaisar-kaisar dan para bangsawan kerajaan. Kemari pun memiliki peran penting dalam politik dan telah menjadi bagian dari sejarah.

Dari Nihon Shiki tercatat bahwa: “Nakatomi no Kamatari telah menjadi salah satu tim dari pangeran kerajaan Naka no Ohoye bermain. Ia mengamati bahwa sepatu pangeran jatuh bersamaan dengan bola. Kemudian ia berlutut dengan menempatkan kepalan tangannya, dan dengan rendah hati menawarkan diri… dan pada saat itu juga mereka menjadi berteman.“

Nakatomi no Kamatari, dikenal sebagai partner hidup dari kaisar Tenji (pangeran Naka no Ohoye), yang kemudian mendirikan klan Fujiwara atas hadiahnya setelah diangkat menjadi Taishōkan bersamaan dengan naiknya tahta pangeran Naka no Ohoye menjadi kaisar Tenji.

Fujiwara-Kamatari
Fujiwara no Kamatari – Pendiri klan Fujiwara | Menjadi teman setia kaisar Tenji akibat permainan Kemari.

Ritual Serta Tokoh Penting

Fujiwara no Narimichi merupakan sosok penyokong kemari dalam perkembangannya. Dan para pemain yang mengunjungi Fujiwara no Narimichi dituntut untuk menyebutkan nama-nama dewa dengan suara keras. Bahkan pula, sebelum permainan, dimulai terlebih dahulu ritual-ritual shinto seperti salah satunya meletakkan bola di dahan pohon yang ada di pinggir lapangan sebagai altar dan kemudian mengucapkan beberapa doa-doa.

Jurnal tentang pesepak bola termahsyur pada abad 20 dari teks sakral Noh, yaitu Fujiwara no Narimichi, berisikan sebagai berikut: “Aku bersama para pemain terbaik saat itu untuk membantuku menyelesaikan permainan keseribu. Kami menyiapkan dua altar, dan setelah itu kami meletakkan bola kami di salah satu altar, dan altar lainnya untuk menaruh segala persembahan kami. Kemudian, memegang pita yang telak kami ikatkan ke altar, kemudian kami menyembah bola tersebut.

“Malam itu aku sedang duduk dirumah dekat lampu, menglembutkan tinta dengan tujuan untuk mencatat proses jurnalku. Dan kemudian bola yang kumiliki memantul ke arahku diikuti dengan 3 orang anak kecil yang berusia sekitar 4 tahun. Wajahnya manusia, namun mereka terlihat seperti monyet. ‘Makhluk yang mengerikan,’ pikirku, dan bertanya secara langsung siapa mereka.

“’Kami adalah roh sepak bola,’ katanya. ‘Dan kalau kamu ingin tahu nama kami–‘ mereka mengangkat gembok yang menggantung, kemudian terlihat di dahi mereka masing-masing nama dari mereka, yaitu: Bunga Dedalu Musim Semi, Hutan Sunyi Musim Panas, dan Kebun Musim Gugur. Kemudian mereka mengatakan, “Ingatlah nama kami dan berdoa serta berkenan untuk menjadi Mi-Mori kami, ‘Pelindung Terhormat.’ Kesuksesanmu di Mi-Mari, ‘Sepak bola Terhormat,’ akan terus meningkat.“

Masa keemasan bagi kemari adalah pada sekitar abad ke-10 sampai dengan abad ke-16. Dimana olahraga ini menjadi inspirasi bagi puisi serta literatur. Dimainkan oleh para aristokrat, yang kemudian dimainkan pula oleh para bushi serta pada akhirnya rakyat kelas bawah juga memainkan olahraga ini.

original-chikanobu-1838-to-1912-japanese-woodblock-print.jpg
Fujiwara no Narimichi bermain kemari dibawah pohon sakura


Permainan yang mirip dengan Kemari

Tsu Chu

Permainan ini, dipercaya diambil dari permainan asli Cina yaitu Tsu Chu (Cuju), Karakter kanji kemari sama dengan Cuju, Tsu memiliki arti “menendang bola dengan kaki” dan Chu dapat diartikan sebagai “bola yang terbuat dari kulit dan diisi” sesuai dengan apa yang tertulis pada tulisan kuno pada periode Negara Berperang, kendati demikian peraturan kemari dengan cuju sangat berbeda.

Pada periode dinasti Ts’in (255 SM – 206 SM), permainan ini digunakan oleh para prajurit sebagai pelatihan ataupun olahraga fisik, dimana seluruh badan kecuali tangan dapat digunakan untuk menggiring bola menuju gawang. Catatan awal tentang Tsu Chu ditemukan pada panduan kemiliteran pada masa dinasti Han. Tsu Chu telah dimainkan pada abad ke-2 dan ke-3 oleh prajurit militer.

Sepak Takraw

Olaharaga yang terkenal di daerah asia tenggara ini dianggap oleh para peniliti bahwa peraturan pada permainan kemari bisa dikatakan sedikit mirip dengan sepak takraw yang dimainkan di beberapa negara asia tenggara seperti Thailand, Myanmar, Laos, Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Meskipun begitu, catatan sejarah akan sepak takraw baru bisa di lihat pada abad ke-11 pada masa kesultanan Malaka.

Ch’ukku

Dikatakan bahwa Ch’ukku diimpor dari Cina pada era Samguk atau periode Silla (57 SM – 935 M). Permainan ini dimainkan oleh para bangsawan dan prajurit dengan bola yang terbuat dari jerami padi. Terlihat bahwa tampak adanya hubungan dengan periode Asuka dengan imigran dari Korea dimana kemunculan kemari pada periode Asuka bersamaan dengan banyaknya imigran dari Korea.

Referensi:

Gambar:

Tinggalkan komentar